Monday, November 17, 2008

Gajah Mada


Novel Gajah Mada karangan Langit Kresna Hariadi.. beberapa hari ini sedang saya baca. Memang sudah lama sekali saya melirik novel berseri hingga 5 ini di toko2 buku, dan baru kesampaian beli buku ini minggu kemarin (awal november 2008).

Dari halaman depan sebelum memulai tulisan .. pengarang mengapresiasikan kepada gurunya yang telah meng-insprirasi tercipta novel ini yaitu maestro cerita babad jawa, SH Mintardja yang menulis buku cerita fenomenal "Api Di Bukit Menoreh " dan "Naga Sastra Sabuk Inten" .. dua buku ini telah saya baca sejak jaman SMP hingga SMA dulu, masih ingat saat setiap bulannya saya menunggu seri Api di Bukit Menoreh yang almarhum pak lik saya selalu beli, dan saya adalah orang kedua yang membacanya.. dan sampe saat ini saya belum tahu ending cerita "Api Di Bukit Menoreh" karena pengarangnya telah meninggal.


Gaya bahasa dan pola bertutur yang digunakan di Buku Gajah Mada seri pertama ini sudah ngak asing bagi saya, jadi seperti dejavu ketika membaca novel ini. Langit Kresna Hariadi menceritakan kisah sepak terjang seorang bekel (prajurit tingkat rendah dalam jajaran kepangkatan tentara jaman itu) anggota kesatuan pengawal raja yang disebut bhayangkara, dalam melindungi sang raja jayanegara dari kudeta yang dilakukan Ra Kuti.

Walaupun belum tamat .. tapi ada rasa penasaran saya browsing juga di internet, ternyata saya termasuk yang terlambat membaca buku .. jadi udah tahu deh ending dari novel buku kesatu Gajah Mada ini ... Tapi tetep aja menarik untuk dibaca sampe habis ...

satu hal yang selalu diingat dari buku ini adalah kata sandi "Bagaskara Manjer Kawuryan" ... yang artinya .... mangkanya beli dan baca bukunya yaa :)

1 comment:

Florentinus Salassaga said...

GAJAH MADA TERNYATA ORANG DAYAK

Soal nama Gajah Mada menurut masyarakat Dayak di Kalbar perlu diketahui bahwa Gajah Mada bukan orang Jawa, ia adalah asli orang Dayak yang berasal dari Kalimantan Barat, asal usul kampungnya yaitu di Kecamatan Toba (Tobag), Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat (saat ini).

Banyak masyarakat Dayak percaya bahwa Gajah Mada adalah orang Dayak, hal itu berkaitan dengan kisah tutur tinular masyarakat Dayak Tobag, Mali, Simpang dan Dayak Krio yang menyatakan Gajah Mada adalah orang Dayak. Ada sedikit perubahan nama dari Gajah Mada pada Dayak Krio menjadi Jaga Mada bukan Gajah Mada namun Dayak lainnya menyebutnya dengan Gajah Mada.

Sebutan itu sudah ada sejak lama dan Gajah Mada dianggap salah satu Demung Adat yang hilang. Ada kemungkinan ia diutus Raja-Raja di Kalimantan. Ia berasal dari sebuah kampung di wilayah Kecamatan Toba (saat ini). Hal itu dibuktikan dengan ritual memandikan perlengkapan peninggalan Gajah Mada setiap tahunnya. Gajah Mada dianggap menghilang dan tidak pernah kembali ke Kalimantan Barat.

Kisah yang memperkuat bahwa ia memang asli Dayak dan berasal dari Kalbar yaitu ia adalah seorang Demung Adat dibawah kekuasaan Raja-Raja di Kalimantan. Ia seorang Demung dari 10 kampung yang ada, namun setelah dia menghilang entah kemana, kampung tersebut kehilangan satu Demung Adatnya sehingga Demung Adat di wilayah itu tinggal 9 orang saja lagi.

Kisah ini sampai sekarang masih dituturkan oleh kelompok masyarakat Dayak ditempat asalnya Gajah Mada. Bukti-bukti tersebut sangat kuat dan bisa dibuktikan sebab Kerajaan tertua letaknya bukan di Jawa tetapi justeru di Kalimantan sehingga unsur Hindu lebih mempengaruhi setiap sikap dan tata cara hidup dan Hindu pun lebih dulu ada di Kalimantan bukan di Jawa. Alasan ini sangat masuk akal bahwa pengaruh Hindu di Jawa sangat dipengaruhi oleh kerajaan Kutai di Kalimantan dan kemungkinan Gajah Mada adalah orang kuat yang diutus kerajaan Kutai untuk menjajah nusantara termasuk Jawa.

Dalam kisah Patih Gumantar Dayak Kanayatn (Dayak Ahe) Kalimantan Barat bahwa Patih Gajah Mada adalah saudaranya Patih Gumantar, mereka ada 7 bersaudara. (Baca Buku, Mencermati Dayak Kanyatan)

Satu lagi soal nama Patih Gajah Mada bahwa gelar Patih itu sendiri hanya ada di Kalimantan khususnya Kalbar dan satu-satunya patih di Jawa adalah Gajah Mada itu sendiri, tidak ada patih lain dan itu membuktikan bahwa gelar “Patih” berasal dari silsilah kerajaan di Kalimantan bukan dari Jawa